“Mau mendaftar vaksin masih bisa, pak?” Tanya salah satu warga sambil memegang kemudi sepeda motornya. Tampaknya ia baru saja pulang kerja dalam keadaan tergesa-gesa. “Maaf, mas. Kemarin sudah ditutup, hari ini undangan juga sudah didistribusikan.” Jawabku dengan perasaan berat. Khawatir akan mengecewakannya. “Kemarin – kemarin apa tidak tahu pengumumannya? Udah di share sejak dua pekan lalu di grup RT/RW.” Aku berusaha menjelaskan runtutan informasi agar warga tersebut memahami. “Nggak ada pengumuman apa-apa dari pak RT, pak.” “Huf,” ku hela nafasku pelan sambil mengucapkan permohonan maaf seraya membesarkan hatinya. “Semoga kapan-kapan ada lagi, mas.” Seringkali pengumuman penting yang seharusnya diketahui oleh masyarakat terputus di tengah jalan. Hal ini tentu bukan sekali atau dua kali melainkan rutin terjadi. Bagi sebagian orang mungkin pengumuman itu tidak terlalu penting tapi bagi yang lainnya hal itu mungkin mendesak. Apalagi saat ini surat vaksin
Setelah sekian lama bergelut dengan orang-orang yang positif Covid 19 akhirnya tiba juga saatnya kami harus istirahat sejenak. Kebetulan kami berdua sama-sama pelayan masyarakat. Saya selalu perangkat Desa sedangkan istri bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit Pemerintah. Saat rekan-rekan kami satu persatu dinyatakan positif. Dengan sisa tenaga yang ada kami bergelut dengan banyak warga. Mulai mendistribusikan sembako, mengantar tracking warga yang kontak erat, menyiapkan pemakaman dengan protokol kesehatan hingga membantu pemulasaraan jenazah yang meninggal karena Covid. Mirip tapi tak sama, sang istri sebagai tenaga kesehatan hari-harinya pun banyak dikelilingi orang - orang yang terpapar virus hingga akhirnya sang istri dinyatakan positif setelah melakukan swab mandiri karena merasakan gejala flu. Kami adalah manusia biasa sebagaimana yang lainnya. Punya potensi terpapar walau sudah berikhtiar. Mengikuti vaksin, menjaga jarak, memakai masker, tidak berkerumun dan berusaha