Satu hari sebelum kepergiannya kami mengirimkan bantal dan selimut agar tidurnya menjadi nyenyak.
Sudah sepekan ini ia menjalani perawatan di rumah sakit seorang diri. Berteman dengan jam dinding dan televisi di ruang isolasi.
Dengan nafas terengah-engah ia berusaha bertahan dari penyakit yang dideritanya. Bahkan pagi hari ditemani sang istri yang sempat menemani semalaman seolah ia ingin berkata:
"Aku masih semangat. "
Tangan kanannya mengepal ke atas hingga terlihat selang infus yang menempel.
Menjelang siang kondisinya semakin membaik ditandai dengan nafsu makannya yang meningkat. Jam pun berlalu, suasana menjadi tak karuan, kali ini kondisinya benar-benar drop.
Sang istri yang selama ini begitu tegar dan sabar tak kuasa menahan air mata menyaksikan kondisinya yang semakin menurun. Ia hubungi adiknya yang bekerja di RSUD Ungaran agar segera datang membantu kakak iparnya melalui pesan suara yang terisak-isak.
Selama perjalanan menuju RSPAW sang kakak terus menyampaikan kabar di grup keluarga.
Hingga terucap permohonan maaf mewakili suaminya atas luputnya selama ini kepada pakde, bude, om, bulik dan semuanya diiringi isakan suara kehilangan orang yang dicintai.
"Inna lillahi wa inna Ilaihi rojiun. Lupute mas Muhyidin kepada pakde, bude, om dan bulik."
Malam itu juga pemakaman dilakukan dengan menggunakan protokol kesehatan setelah dilakukan pemulasaraan jenazah di rumah sakit.
Selamat jalan mas Muhyidin. Kami menjadi saksi bahwa engkau adalah orang baik.
Lopait, 18 Juli 2021
Erfani (adik ipar)
Mengenang 7 hari kepergiannya.
Comments
Post a Comment